Laili, jangan bersedih


•Angin di luar berhembus kencang,malam membalut sepi.Laili mempercepat langkahnya, sepatu kets bututnya menyisir jalan setapak. Laili mendekap kantong plastik hitam sambil berlari-lari kecil, kanan kiri jalan terlihat sepi hanya susunan kardus-kardus usang teronggok di pinggir jalan.Terdengar suara jangkrik bernyanyi menyambut Laili di balik kegelapan malam.

•Laili membuka pintu perlahan, masuk dengan langkah mengendap menuju kamar adiknya Bagas. Di dapatkan tubuh mungil Bagas menggigil hebat.Laili bergegas menarik beberapa lembar kain dari lemari plastiknya untuk menyelimuti Bagas dan segera membuatkan minuman  hangat. Laili memeriksa tubuh adiknya suhu badannya panas, diambil lah sebaskom air dan sehelai sapu tangan kecil untuk mengompres Bagas.

•Laili dan Bagas hidup sebatang kara, mereka tinggal di perumahan penduduk yang kumuh. Orang tua mereka sudah lama tiada, kakeknya baru-baru ini meninggal dunia karena TBC. Untuk mempertahankan hidup, Laili bekerja serabutan membantu engkong-engkong melariskan dagangannya di pasar. Setiap pagi Laili berangkat ke pasar dan kembali ke rumah setelah isya dan Laili pun belum sempat mengecap bagaimana rasanya bisa belajar di bangku sekolah.

•Sayup adzan shubuh memanggil, rupanya Laili tertidur di samping Bagas. Dengan segera ,Laili bangun menuju kamar mandi mengambil wudhu dan menunaikan shalat shubuh.  Kebiasaan yang pernah dicontohkan almarhum kakek kepada Laili dan Bagas untuk selalu menunaikan shalat dalam keadaan apapun. Dan tidak lupa pula di akhir sholatnya laili berdoa untuk  kedua orang tuanya dan juga kakeknya yang sudah tiada.

•Laili memeriksa Bagas, suhu panas badannya sudah turun. Laili izin tidak ke kios pasar hari ini dan entah sampai berapa lama.Laili menitipkan sepucuk surat untuk engkong Liu melalui cik Amran tetangganya, bahwasanya Laili dan Bagas hendak berziarah ke makam ayah dan ibu.

•Rupanya laili dan Bagas belum mengetahui dimana letak makam ayah dan ibunya , mereka hanya tahu dari cerita kakeknya bahwasanya orang tua mereka meninggal di daerah bernama Toboali.
Dimana kah daerah Toboali itu? ( Bersambung)

#30DWC#JILID11#day5


Komentar

Postingan populer dari blog ini

"ilmu itu ibarat mutiara, ilmu yang kita punya adalah mutiara yang sudah terangkat dari dasar laut, pada dasarnya masih banyak mutiara di dalam laut yang lebih berkilau" (buya hamka)

Senja di Kereta

Bertemu dan berpisah karena Allah