Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Senja di Kereta

Pukul 5 sore, Privat berakhir,saatnya Aliya pulang. Aliya pamit kemudian menuju stasiun kereta terdekat. Penumpang kereta tidak terlalu ramai hari itu. Aliya segera naik dan duduk di bangku tengah, kemudian bergeser ke kanan.Di sampingnya duduk seorang ibu separuh baya bersama putrinya. Aliya bertanya kepada ibu tersebut “Mau kemana bu?” “Kita mau ke pulo mas, tadi saya nunggu bus sangat lama, jadi naik kereta saja, taksi online gak ada yang mau, pada membatalin pesanan.” “Oh, kenapa ya bu?” Aliya bertanya sambil membuka Handphonenya. “Mungkin, dikiranya pulo mas banjir ha..” ibu itu tertawa dan Aliya pun ikut tertawa. “Karena macet juga mungkin bu..” Aliya menambahkan reason nya taksi online. Ibu itu banyak bertanya ke Aliya, tentang asal darimana, kuliahnya dulu jurusan apa, mengajar apa, dan akhirnya dia berani bertanya:“ sudah lama pakai syari eh apa syar'i ya dek? terus pakaiannya harus yang gelap-gelap gak boleh warna ngejreng ya? Seperti model-model sekarang modis,secara sy

Bertemu dan berpisah karena Allah

وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ “Dua orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka berkumpul dan berpisah semata-mata karena Allah.” Mengawali hari dengan Bismillah, lidah berdzikir pagi dan petang. Burung berkicau bertasbih, memuji nama Allah. Gulungan ombak di lautan biru yang luas pun bergemuruh bertasbih. Angin berdesir pelan, menyapa daun nyiur melambai ditepi pantai. Tidak ada seorangpun yang tahu hari ini, esok atau lusa untuk bertemu dengan siapa. Bisa sosok baik atau buruk yang akan dihadirkan. Namun seiring bergulirnya roda hari, menjemput rajutan takdir. Hikmah baik atau jejak hitam kah yang membekas. Semua adalah proses panjang perjalanan kita menuju Rabbul ‘Alamiin. Sebuah pertemuan menciptakan harapan untuk bersama, namun tidak semua pertemuan berakhir dengan kebersamaan,bahkan perpisahan sudah membayang di gerbang perjumpaan. Hanya orang-orang yang setia yang akan membersamai dan menemani perjuangan panjang, mengiringi langkah

Ibu adalah guru yang pertama

الأم مدرسة الاولى لبناتها Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. “Rumahku Surgaku” adalah motto hidup dan cita-cita untuk membangun suatu rumah tangga. Pondasi nya tidak cukup dengan cinta namun harus disertai dengan ilmu. Di dalam rumah itulah ayah dan ibu menjadi sosok tauladan bagi anak-anaknya. Terutama seorang ibu, sebagai orang pertama yang paling dekat dengan anak-anaknya dan memberikan pengajaran di setiap harinya. Alkisah seorang ibunda ulama terkenal imam Maliki memberikan pesan kepada anaknya ketika hendak berangkat ke Majelis ilmu, ibunda Maliki berkata “Sekarang, pergilah ke majelis Rabi’ah, dan pelajari bagaimana adabnya sebelum engkau ambil ilmunya.“  Hal yang sama diajarkan oleh bunda Ulama asal Mauritania kepada As-Syaibani, kemudian As-Syaibani mengajarkan kepada putranya,ketika hendak menitipkan putranya ke guru besar saat itu dan berkata “Aku tak ingin engkau mengajari anak ini satu ilmu pun. Aku hanya ingin dia mempelajari tingkah laku dan adabmu. Maka biark