Senja di Kereta

Pukul 5 sore, Privat berakhir,saatnya Aliya pulang. Aliya pamit kemudian menuju stasiun kereta terdekat. Penumpang kereta tidak terlalu ramai hari itu. Aliya segera naik dan duduk di bangku tengah, kemudian bergeser ke kanan.Di sampingnya duduk seorang ibu separuh baya bersama putrinya.

Aliya bertanya kepada ibu tersebut “Mau kemana bu?”

“Kita mau ke pulo mas, tadi saya nunggu bus sangat lama, jadi naik kereta saja, taksi online gak ada yang mau, pada membatalin pesanan.”

“Oh, kenapa ya bu?” Aliya bertanya sambil membuka Handphonenya.

“Mungkin, dikiranya pulo mas banjir ha..” ibu itu tertawa dan Aliya pun ikut tertawa.

“Karena macet juga mungkin bu..” Aliya menambahkan reason nya taksi online.

Ibu itu banyak bertanya ke Aliya, tentang asal darimana, kuliahnya dulu jurusan apa, mengajar apa, dan akhirnya dia berani bertanya:“ sudah lama pakai syari eh apa syar'i ya dek? terus pakaiannya harus yang gelap-gelap gak boleh warna ngejreng ya? Seperti model-model sekarang modis,secara syariah hukumnya gimana? saya Kristen dek ,tapi nenek Islam.”

“Alhamdulillah, sejak SMA sudah pakai syar'i bu,” diam sebentar kemudian melanjutkan “Bagusnya memang pakai gelap dan yang labuh karena hakikatnya menutup bukan menarik, sebagai permulaan tidak mengapa bu, karena semua butuh proses,” jelas Aliya. Ibu itu mengangguk memahami. Aliya lanjut bertanya “ibu mau imlek an?” Aliya menggoda.

“ha..muka saya mirip chinese ya dek?” ibu itu malah tertawa, Bos saya yang china, tapi katanya tidak merayakan ,karena keponakannya banyak, takut dimintai angpao katanya hehe..“

“He..,” Aliya hanya tersenyum

“Saya gak ngerayain Natal dek, tapi kalo libur lebaran saya ikut pulang dan lebaran di kampung, kalo di Jakarta khan sepi gak kayak di kampung rame.”

“Oooo..,” Aliya hanya membulatkan bibirnya yang mungil.

Senja semakin merah, kereta terus melaju, pemandangan senja menghiasi obrolan sore itu. Dalam benak Aliya berkata “Sebenarnya kita itu saling memperhatikan, walau berbeda bukan berarti kita tidak saling mempedulikan, Rasulullah pun bersikap baik terhadap siapa saja. Selama belum diusik jangan mengusik. Yang penting konsep “Lakum diinukum waliyadiin” masih dipegang teguh.“

好, 在 这 里 Hao, zai zhe li ya..,再见!zai jian !😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"ilmu itu ibarat mutiara, ilmu yang kita punya adalah mutiara yang sudah terangkat dari dasar laut, pada dasarnya masih banyak mutiara di dalam laut yang lebih berkilau" (buya hamka)

Bertemu dan berpisah karena Allah