Ibu adalah guru yang pertama

الأم مدرسة الاولى لبناتها

Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya.

“Rumahku Surgaku” adalah motto hidup dan cita-cita untuk membangun suatu rumah tangga. Pondasi nya tidak cukup dengan cinta namun harus disertai dengan ilmu. Di dalam rumah itulah ayah dan ibu menjadi sosok tauladan bagi anak-anaknya.

Terutama seorang ibu, sebagai orang pertama yang paling dekat dengan anak-anaknya dan memberikan pengajaran di setiap harinya.

Alkisah seorang ibunda ulama terkenal imam Maliki memberikan pesan kepada anaknya ketika hendak berangkat ke Majelis ilmu, ibunda Maliki berkata “Sekarang, pergilah ke majelis Rabi’ah, dan pelajari bagaimana adabnya sebelum engkau ambil ilmunya.“ 

Hal yang sama diajarkan oleh bunda Ulama asal Mauritania kepada As-Syaibani, kemudian As-Syaibani mengajarkan kepada putranya,ketika hendak menitipkan putranya ke guru besar saat itu dan berkata “Aku tak ingin engkau mengajari anak ini satu ilmu pun. Aku hanya ingin dia mempelajari tingkah laku dan adabmu. Maka biarkan dia menyertaimu tiap kali engkau berdiri, duduk, dan tidur.”

Di negara Jepang pun demikan, mengajarkan sikap baik sebelum pengetahuan. Pada 3 tahun pertama anak-anak sekolah diajarkan adab dan sopan santun bagaimana menghormati orang lain, memperlakukan hewan dan alam dengan baik, cara berempati , bersikap dermawan, dan berkasih sayang.

Kisah ini menunjukkan bahwa akhlak seorang guru menjadi point penting dalam pendidikan. kecerdasan akal seorang Ibu memberi pesan kepada putra-putrinyanya untuk mempelajari adab terlebih dahulu kemudian ilmu.

Hal ini menjadi bahan renungan lebih dalam tentang keterkaitan posisi seorang ibu sebagai guru pertama di rumah. Yakni : sebagai orang pertama yang membentuk pola pikir putra-putrinya ke depan akan keutamaan adab dan akhlak dalam pendidikan.

#30DWC

#Jilid11

#Day26

#Squad3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"ilmu itu ibarat mutiara, ilmu yang kita punya adalah mutiara yang sudah terangkat dari dasar laut, pada dasarnya masih banyak mutiara di dalam laut yang lebih berkilau" (buya hamka)

Senja di Kereta

Bertemu dan berpisah karena Allah